DENPASAR – Tokoh Pendidikan Bali, Dr. Dadang Hermawan menghadiri Ngaji Kebangsaan Bersama Gus Muwafiq di Lapangan Bajra Sandi, Denpasar pada Ahad, 22 Oktober 2023. Dr. Dadang duduk berada di samping K.H. Ahmad Muwafiq, Gus Muwafiq bersama beberapa Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Bali.
Dr. Dadang hadir bersama tim relawan, Dr. H. Nurianto R.S., SH., MH., MM, Ir. H. Yusar Hilmi, H. Imam Asrorie, Kusnandar, dan Andi Antono. Acara yang digelar PWNU Provinsi Bali dan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali ini merupakan rangkaian Hari Santri Nasional (HSN) 2023. Acara Ngaji Kebangsaan tersebut berlangsung meriah karena dipenuhi ribuan warga Nahdliyin dari berbagai daerah di Bali.
“Saya mengapresasi dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan Nahdlatul Ulama Bali di Hari Santri Nasional tahun ini. Mulai dari pagi, siang, dan sekarang malam hari ada Ngaji Kebangsaan bersama Gus Muwafiq, ini luar biasa,” kata Dr. Dadang Hermawan.
Menurut Dr. Dadang, tema yang disampaikan Gus Muwafiq sangat menarik. Dikatakan Dr. Dadang, Kiai asal Sleman Yogyakarta dengan jelas memberikan pesan agar selalu menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kebhinekaan yang ada di Indonesia justru menjadi keistimewaan yang tidak perlu diperdebatkan atau dipermasalahkan. Indonesia atau nusantara adalah negara besar, satu-satunya negara di Asia yang mampu mengalahkan bangsa terkuat Mongolia. Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (RAS) tidak perlu dipertentangkan lagi, apalagi merasa merasa yang benar, terbaik dan lagi. Indonesia adalah negara dengan sejuta keberagaman. Keberagaman yang ada telah menjadi simbol persatuan dan dikemas dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Di Hari Santri, jemaah dan santri harus menjaga NKRI agar tetap utuh dan harmonis. Indonesia negara yang kaya akan perbedaan dan keberagaman, hal tersebut membuat Indonesia rentan terpecah-belah akibat perbedaan yang ada. Perpecahan bisa memicu konflik yang menimbulkan kerugian bagi bangsa. Oleh karenanya, diperlukan sifat toleran dan juga tenggang rasa terhadap perbedaan dan kemajemukan. Sifat toleransi haruslah ditanamkan supaya bisa menerima perbedaan yang ada.
Sikap dan perilaku toleransi terhadap keberagaman masyarakat merupakan kunci untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan, serta mencegah proses perpecahan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Setiap individu hendaknya mengaplikasikan perilaku toleran terhadap keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan antargolongan. Dr. Dadang pun mengatakan, Kiai yang pernah menjadi asisten pribadi KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga berharap kepada kaum milenial dan Gen Z untuk bangga terhadap bangsa dan Tanah Air. (*)