India memang dikenal dengan lahirnya beberapa CEO teknologi sukses dan mendunia, seperti Sundar Pichai dari Google, Satya Nadella dari Microsoft, dan Shantanu Narayen dari Adobe. Namun, dibalik prestasi dan kualitas pendidikan mereka sebagai warga pribumi India juga memiliki keunikan dalam tradisi menyajikan dan makan makanan dengan tangan yang tentu tidak asing lagi bahkan sebagian orang menganggap tradisi ini unik dan menarik.
Tradisi menyajikan makanan dengan tangan di India memiliki akar budaya yang kuat dan telah menjadi bagian penting dari budaya makan India selama berabad-abad. Praktek ini dikenal dengan sebutan “makan dengan tangan” atau “makan dengan tangan kanan” dalam bahasa Sanskerta, yang disebut “ashtamangala upachara” yang berarti “delapan ritual lengkap”.
Makan dengan tangan dipercaya oleh masyarakat India sebagai cara untuk terhubung secara langsung dengan makanan dan merasakan tekstur yang autentik. Ini juga diyakini sebagai cara untuk mengaktifkan lima elemen kehidupan: udara, api, air, tanah, dan akasa (ruang angkasa). Beberapa makanan tradisional India seperti roti, pani puri, dan pav bhaji bahkan lebih nikmat dinikmati dengan tangan tanpa menggunakan alat bantu.
Namun, muncul pertanyaan tentang kebiasaan makan dengan tangan ketika nasi, makanan pokok India, disantap. Masyarakat India sering mencampur nasi dengan bumbu kuah kari dan mengaduknya dengan tangan kosong sebelum menikmatinya. Dilansir dari kanal YouTube Nyla Aprianti, seorang selebritas penggemar segala hal tentang India, dalam wawancara langsungnya dengan seorang narasumber India asli.
Nyla menanyakan alasan mengapa masyarakat India khususnya menyukai makan dengan tangan. Ternyata, ini adalah tradisi lama yang turun-temurun di India. Masyarakat India menganggapnya sebagai hal yang biasa. Tentu saja, mereka memastikan tangan mereka bersih sebelum menyantap atau membuat makanan.
Tidak hanya dalam makanan, di India beragam hidangan juga dibuat menggunakan tangan. Ini bukan karena mereka tidak memiliki alat, melainkan karena mereka memiliki alasan sendiri untuk melakukannya. Meskipun terlihat kurang higienis, setelah ditelusuri, alasan di balik kebiasaan ini terungkap.
Sebagai contoh, popped rice, hidangan lezat khas India yang terbuat dari nasi yang dicampur dengan bawang Bombay mentah, cabai rawit, ketumbar, dan kentang. Uniknya, semua bahan ini dicampur menggunakan tangan kosong. Nyla Aprianti kembali menanyakan mengapa tidak menggunakan sendok untuk mencampur bahan-bahan tersebut.
Mereka menjelaskan bahwa pencampuran semua bahan akan lebih mudah dilakukan dengan tangan. Nyla sendiri telah mencoba popped rice dan mengaku bahwa makanan ini sangat enak dan lezat. Selanjutnya, ada pani puri, hidangan yang memiliki kuah asam dicampur dengan gula merah, garam, dan bubuk cabe.
Penjual pani puri terlihat mencampur semua bahan menggunakan tangan. Bahkan, kentang rebus yang telah dicampur dengan bumbu dan rempah-rempah dihaluskan dengan tangan. Meskipun ada alat khusus yang dapat digunakan untuk menghaluskan kentang, penjual tetap memilih tangan. Nyla sendiri merasa penasaran mengapa semua proses pembuatan pani puri dilakukan dengan tangan.
Selain itu, keunikan lain di India adalah tradisi makan sambil berdiri. Tempat makan di pinggir jalan sering kali tidak menyediakan kursi plastik seperti yang biasa kita temui di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mempercepat putaran pelanggan sehingga mereka tidak menghabiskan waktu terlalu lama untuk ngobrol atau nongkrong. Meskipun beberapa tempat masih menyediakan kursi, jumlahnya sangat terbatas.
India menawarkan berbagai keunikan dalam budaya makanannya, terutama dalam cara masyarakatnya menikmati makanan dengan tangan dan tradisi makan sambil berdiri. Kedua tradisi ini menghadirkan pengalaman kuliner yang unik dan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin menjelajahi budaya India yang kaya dan beragam.
Meskipun ada beberapa kesamaan dalam budaya makan di Indonesia dan India, seperti penggunaan tangan dalam menyantap makanan tertentu, ada juga perbedaan yang signifikan di antara keduanya. Di Indonesia, makan dengan tangan biasanya terjadi dalam beberapa konteks khusus, seperti saat makan makanan tradisional seperti nasi dengan tangan kanan, atau ketika makan di warung atau rumah makan yang khusus menyajikan makanan dengan cara tersebut. Namun, di sebagian besar masyarakat Indonesia, penggunaan sendok dan garpu adalah umum dalam kegiatan makan sehari-hari.
Sementara India memiliki sejarah dan keragaman kuliner yang kaya, begitu juga dengan Indonesia. Indonesia memiliki beragam tradisi kuliner dari berbagai suku, seperti makanan Padang, Jawa, Sumatera, dan masih banyak lagi. Budaya makan di Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh faktor agama, dengan masyarakat Muslim yang umumnya makan dengan tangan kanan, dan masyarakat non-Muslim yang cenderung menggunakan sendok dan garpu.
Namun, penting untuk dicatat bahwa tradisi ini tidak berlaku untuk semua jenis makanan di India. Biasanya, makanan yang disajikan dengan tangan adalah hidangan seperti nasi, roti (seperti roti naan atau roti chapati), dhal (semacam sup kacang-kacangan), dan hidangan sayuran. Hidangan berkuah atau sup, seperti kari, seringkali dimakan dengan menggunakan sendok.
Saat ini, dengan pengaruh global dan modernisasi, penggunaan sendok dan garpu semakin umum di India, terutama di kota-kota besar dan restoran-restoran modern. Namun, tradisi menyajikan makanan dengan tangan masih sangat dilestarikan dalam banyak rumah tangga India dan di beberapa restoran tradisional. Ini merupakan salah satu keunikan budaya yang membuat pengalaman makan di India menjadi lebih menarik dan berbeda.
Begitupun, saat ini Indonesia dengan pengaruh global dan modernisasi sedang berusaha untuk meningkatkan industri teknologi dan berpotensi mencetak para pemimpin di bidang tersebut. Padahal negara Indonesia memiliki banyak talenta dan sumber daya manusia yang potensial, serta dorongan dari pemerintah dan lembaga lainnya untuk memajukan sektor teknologi. Semoga dengan perkembangan yang terus berlanjut, Indonesia memiliki potensi untuk menghasilkan CEO teknologi yang berpengaruh secara global seperti halnya para CEO mendunia yang menyimpan keunikan tradisi dan rasa seperti di India..