Pada umumnya pola pikir masyarakat Indonesia terhadap pendidikan paska SLTA masih beranggapan bahwa gelar akademik adalah satu-satunya yang akan membawa masa depan yang cerah dengan menjadi pegawai baik negeri ataupun swasta. Padahal sejatinya pendidikan tinggi bidang akademik, tujuan utamanya
adalah untuk menghasilkan ilmuwan yang handal ber IQ tinggi, sehingga setelah lulus S1 seyogyanya lanjut S2 dan S3, kemudian menjadi dosen, peneliti atau ilmuwan lainnya yang dalam bekerjanya banyak menggunakan otak kiri dan sedikit otak kanan.
Tapi yang terjadi adalah setelah mereka menyelesaikan S1, mereka mencari pekerjaan bukan lanjut ke jenjang magister dan doktor, ini tentu saja ini tidak sesuai dengan tujuan pendidikan akademik, sehingga ada ketimpangan antara lulusan perguruan tinggi dan lowongan yang tersedia. Saat ini dan ke depan, dimana jaman sudah serba digital, jaman RI 4.0, jaman disrupsi, jaman yang perubahan nya sangat cepat, era global, maka sudah saatnya para generasi muda kita khususnya lulusan SLTA tidak lagi mendewadewakan gelar sarjana. Saat ini yang diperlukan adalah keterampilan atau kompetensi tertentu plus penguasaan bahasa asing yang harus dikuasai oleh para pencari kerja.
Di negara kita sudah ada beberapa regulasi mulai dari UU sampai dengan Peraturan Menteri yang mendorong berkembangnya pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi sebenarnya sangat cocok untuk kebanyakan mahasiswa Indonesia yang kebiasaannya setelah menyelesaikan kuliah kemudian mencari
pekerjaan. Namun karena paradigma berpikir yang masih selalu menginginkan gelar, maka pendidikan vokasi terutama pendidikan tinggi vokasi masih kurang dilirik oleh masyarakat, padahal lulusan Pendidikan Tinggi Vokasi ada gelarnya juga
Untuk menjadikan pendidikan vokasi benar-benar digandrungi masyarakat baik oleh calon pencari kerja maupun dunia usaha dan industri, maka jika sayamenjadi Dirjen Pendidkan Vokasi, maka akan dilakukan langkah-langkah sebagai betikut :
- Secara berkesinambungan dan gencar melakukan sosialisasi dengan konten-konten yang menarik para generasi muda bahwa pendidikan vokasi adalah pendidikan tepat yang akan mengantarkan para alumninya ke dunia kerja atau dunia wirausaha
- Memperkuat sarana prasarana praktek di setiap jenjang pendidikan voaksi (SMK, Perguruan Tinggi Vokasi) maupun lembaga-lembaga kursus non formal
- Mewajibkan semua PT vokasi dan SMK untuk mempunyai mitra dengan perusahaan minimal 5 : 1 artinya 5 mahasiswa/siswa mempunyai 1 mitra perusahaan. Khusus SMK diharuskan bermitra dengan minimal satu PT Vokasi
- SMK-SMK yang ada diarahkan untuk lebih spesifik bidang-bidang keahliannya, Misalnya SMK Teknologi Informasi, SMK Kelautan, SMK Pertanian, SMK Pariwisata, SMK Bisnis Manajemen, SMK Seni dan sebagainya.
- Meningkatkan kolaborasi dengan berbagai perusahaan baik dalam maupun luar negeri dalam bidang penyusunan kurikullum dan pemagangan atau tempat praktek kerja
- Berkoordinasi dan bekerjasama dengan kemenaker untuk mencari dan tempat-tempat magang atau tempat kerja di luar negeri.
- Mendorong dan mempermudah setiap lembaga pendidikan tinggi vokasi untuk melaksanakan rekognisi pembelajaran lampau baik untuk dosen/guru maupun mahasiswa
- Kerjasama dengan lembaga perbankan untuk memberikan kredit lunak kepada calon pemagang ke luar negeri.
- Memberlakukan standar nilai yang tinggi untuk akreditasi dalam bidang penyaluran alumni (tracer study)
Demikian beberapa hal yang disampaikan semoga Indonesia semakin jaya