DENPASAR – Tokoh Pendidikan Bali, Dr. Dadang Hermawan menyerukan dan mengajak masyarakat untuk memerangi kemiskinan dan kobodohan. Hal ini disampaikan Dr. Dadang Hermawan di saat momentum memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada Jumat, 10 November 2023. Dikatakan Dr. Dadang Hermawan, peringatan Hari Pahlawan menjadi momentum mengenang kembali perjuangan para pahlawan yang telah berjuang untuk mengusir penjajah dari Indonesia.
“Kemiskinan dan Kebodohan harus kita perangi, karena sudah saatnya kita sebagai negara yang besar menjadi yang terdepan di segala hal. Orang tua dan anak-anak muda harus peduli dengan pendidikan. Sudah tidak zaman lagi, tidak sekolah. Saya sangat berharap kepada anak-anak muda di Bali untuk melanjutkan pendidikan hingga kuliah,” kata Dr. Dadang Hermawan.
“Hari ini, 10 November adalah momentum mengenang jasa dan perjuangan untuk para pejuang yang gugur di masa lalu. Hari ini juga momentum menanamkan nilai-nilai perjuangan untuk masa depan. Ada banyak cara untuk meneruskan semangat pahlawan dalam diri kita. Salah satunya menjadi generasi penerus bangsa yang berpendidikan dan mengharumkan nama Indonesia,” tegas Dr. Dadang Hermawan.
Apalagi, Kementerian Sosial (Kemensos) mengusung tema Hari Pahlawan 2023 adalah “Semangat Pahlawan untuk Masa Depan Bangsa dalam Memerangi Kemiskinan dan Kobodohan”. Melalui tema tersebut, Kemensos mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk merenungkan peran pahlawan-pahlawan dalam memandu untuk menuju masa depan yang lebih baik. Semangat para pahlawan itulah yang menjadi inspirasi dalam memerangi kemiskinan dengan menciptakan kesetaraan, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menginspirasi generasi muda untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Serta memerangi kebodohan dengan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengetahuan dan literasi.
Hal ini sejalan dengan apa yang sudah dilakukan Dr. Dadang Hermawan untuk masyarakat Bali. Kiprah Dr. Dadang Hermawan meningkatkan pendidikan masyarakat Bali benar-benar nyata. Dr. Dadang Hermawan sudah membuat gebrakan nyata untuk pendidikan di Bali. Dr. Dadang mendirikan ITB STIKOM Bali, Polnas Denpasar, dan Poltek Ganesha Guru Singaraja untuk jenjang Pendidikan Program Vokasi Diploma III (D-3), Sarjana (S-1), Magister (S-2) dan Doktoral (S-3). Dr. Dadang juga mendirikan 7 SMK TI Bali Global yang tersebar di Kabupaten/Kota Provinsi Bali untuk pendidikan menengah atas. Dr. Dadang Hermawan juga tercatat dalam enam tahun terakhir ini atau sejak 2018-2023 telah memberikan beasiswa kepada 2.928 mahasiswa.
“Tujuan memperingati hari Pahlawan ini untuk mengenang jasa para pahlawan di pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Mengenang dan menghormati perjuangan para pahlawan di masa lalu. Semangat berjuang tersebut membuat kita mampu berperang mengusir penjajah. Para pahlawan telah meninggalkan warisan berharga bagi kita. Mari kita jadikan sebagai inspirasi untuk berkontribusi positif membangun masa depan Indonesia di berbagai bidang. Pahlawan tidak hanya ada di masa lalu, tetapi juga di sekitar kita, sosok-sosok yang terus berjuang untuk kebaikan masyarakat,” jelas Dr. Dadang Hermawan.
“Mari kita perangi kemiskinan dan kebodohan dengan pendidikan. Semangat pejuang untuk kemerdekaan Indonesia ini kita jadikan semangat dan motivasi meraih cita-cita. Pendidikan adalah modal kita untuk menjadi bangsa yang maju dan beradab. Di Hari Pahlawan, mari kita bersama-sama berjuang untuk pendidikan Indonesia yang lebih maju dan unggul,” kata Dr. Dadang Hermawan.
Sejarah Hari Pahlawan
Dikutip dari laman Kementerian Sosial (Kemensos), Hari Pahlawan 10 November ditetapkan pada tanggal 16 Desember 1959 melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959. Seperti dilansir dari detik.com dan dikutip dari laman Pemerintah Kota Semarang, pada tahun 1945 terjadi pertempuran di Surabaya yang merupakan pertempuran besar antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Inggris.
Pertempuran ini merupakan perang pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Bentrokan-bentrokan tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby yang merupakan pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur, pada 30 Oktober 1945. Kematian Jenderal Mallaby kemudian membuat pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia.
Mallaby kemudian digantikan oleh Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh. Tepat pada tanggal 10 November 1945, Jenderal Eric mengeluarkan ultimatum yang meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara Inggris. Ia juga memerintahkan semua pimpinan bangsa Indonesia dan para pemuda di Surabaya harus datang selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945, pukul 06.00 pagi pada tempat yang telah ditentukan.
Namun ultimatum itu tidak dilakukan oleh rakyat, sehingga terjadilah pertempuran hebat di Surabaya mulai hari itu hingga kurang lebih tiga minggu lamanya. Akibat pertempuran tersebut, sebanyak 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban dan 1.600 tentara Inggris tewas, hilang dan luka-luka. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban pada masa itu membuat Kota Surabaya kemudian dikenang sebagai Kota Pahlawan. Sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan pengorbanan para pahlawan dan pejuang untuk mengusir Inggris, maka pada tahun 1959, pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Hal tersebut tertuang pada Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur dan ditandatangani oleh Presiden Soekarno. (*)