DENPASAR – Tokoh Pendidikan dan Akademisi Bali, Dr. H. Dadang Hermawan seakan tidak ada habisnya menemukan inovasi atau ide memajukan pendidikan di Bali. Dedikasi sepenuh hati Dr Dadang Hermawan terhadap pendidikan Bali telah terbukti. Di antaranya dengan mendirikan pendidikan Perguruan Tinggi, kampus sekaliber ITB STIKOM Bali dengan segudang prestasi dan penghargaan. Bahkan hingga sekarang ini, Dr. Dadang yang menjabat sebagai Rektor membawa ITB STIKOM Bali sebagai kampus terpopuler di Bali-Nusra.
Nah, apa rahasia kesusksesan Dr. Dadang Hermawan? Dan ada satu pertanyaan cukup menggelitik kepada Dr. Dadang mengenai beasiswa. “Sering memberikan beasiswa, apa tidak takut rugi?” Dr. Dadang Hermawan menjawab dengan lugas: “Awalnya memang berfikir seperti itu. Bagaimana kalau rugi? Tapi ternyata Tuhan berkata lain. Malah semakin banyak mahasiswa yang daftar. Jadi semacam subsidi silang. Ini pernah diteliti oleh teman saya. Ada CSR dan semakin banyak CSR, malah makin berkembang. Makin maju. Di samping itu, ada kebahagiaan dan kepuasan tersendiri baik kami di STIKOM maupun di yayasan. Jadi performanya makin meningkat lagi. Tidak hanya berpikir untung-rugi.” Berikut ini kutipan wawancara with Dr. Dadang Hermawan.
PERTANYAAN: Apakah Dr. Dadang pernah membayangkan kalau STIKOM menjadi kampus besar?
Dr. DADANG: Kita mempunyai visi dan misi, selalu menjadi yang terdepan dan terkemuka di Bali. Makanya mottonya Always the First. Jadi memang sudah kami bayangkan itu menjadi cita-cita dan itu sudah tercapai. Visi dan misinya kita ubah lagi jadi go international. Bagaimana supaya perguruan tinggi di Indonesia ini khususnya di Bali bisa sejajar dengan perguruan tinggi internasional.
PERTANYAAN: STIKOM terus bertransformasi dan sekarang namanya menjadi ITB STIKOM Bali?
Dr. DADANG: Betul. Kita tidak boleh diam. Waktu itu, Sekolah Tinggi di tahun 2002 hanya dua Prodi (Program Studi), Manajemen Informatika dan Sistem Komputer. Tahun 2009 menambah satu Prodi lagi. Dan pada tahun 2019 bertransformasi menjadi Institut. Jadi sekolah tinggi naik satu tingkat ke Institut sehingga bisa membuka Jurusan Bisnis. Karena Institut ini boleh beberapa cabang ilmu. Kalau Universitas kan berbagai cabag ilmu. Itulah transformasi yang kita lakukan.
PERTANYAAN: Apa rencana selanjut Dr. Dadang Hermawan?
Dr. DADANG: Mungkin saja ada pemikiran menjadi universitas. Namun, yang terpenting bagaimana Program Studi ini diminati masyarakat, positif, memberikan kontribusi kepada kemajuan masyarakat khususnya di bidang teknologi informasi dan bisnis.
PERTANYAAN: Dr. Dadang sering memberikan beasiswa kepada mahasiswa, apa tidak takut rugi?
Dr. DADANG: Pertama, maksud kami adalah bagaimana masyarakat Bali banyak yang kuliah. Supaya APK meningkat. Cepat keluar dari keterbelakangan. Kami mampunya itu, maka kami memberikan beasiswa. Awalnya memang berfikir seperti itu. Bagaimana kalau rugi? Tetapi ternyata Tuhan berkata lain. Malah semakin banyak mahasiswa yang daftar. Jadi semacam subsidi silang. Ini pernah diteliti oleh teman saya. Ada CSR dan semakin banyak CSR, malah makin berkembang. Makin maju. Di samping itu, ada kebahagiaan dan kepuasan tersendiri baik kami di STIKOM maupun di yayasan. Jadi performanya makin meningkat lagi. Tidak hanya berpikir untung-rugi.
PERTANYAAN: Apakah ada syarat khusus untuk mendapatkan beasiswa?
Dr. DADANG: Beasiswa yang saya berikan itu bertingkat. Ada yang 100 persen, 70 persen, ada yang 50 persen. Syarat pertama itu adalah memang tidak mampu dan keinginan belajar yang tinggi.
PERTANYAAN: Selain Beasiswa, Dr Dadang juga membuat inovasi dengan program mahasiswa magang di luar negeri?
Dr. DADANG: Betul. Ini salah satu opsi yang kami gali. Bagaimana mahasiswa itu tidak semuanya mengajukan beasiswa. Caranya memang anak-anak itu kita rekrut, bagi yang tidak punya finansial, kita tawari ke luar negeri. Semester satu dan dua itu kita bebaskan SPP. Setelah mereka ke luar negeri, nanti dicicil. Di luar negeri itu memang magang tetapi juga dibayar. Program ini dilaksanakan tahun 2017-2018. Sekarang yang magang di luar negeri ada 150 orang. Ada di Jepang, Inggris, Slovakia. Kalau di Jepang ada yang setahun dan tigatahun, kalau di Taiwan ada yang setahun. Semua jalurnya lewat STIKOM. STIKOM mempunyai sister company yang namanya LPK Dharma. Itu yang mempunyai izin penyaluran magang ke luar negeri. Kami punya grup sekitar 30 unit grup, termasuk di Bandung, kemudian ada 7 SMK TI di Bali dan BPR juga. Sangat banyak mahasiswa yang magang ke luar negeri langsung mendapat pekerjaan. Justru peluangnya di situ. Kebetulan IT ini bisa diterima di semua bidang.
PERTANYAAN: Dunia pendidikan di Bali terutama di bidang digital dan informasi menurut Dr. Dadang?
Dr. DADANG: Di Bali ini masih satu level atau masih sama dengan provinsi lain. Saya maunya agak lebih tinggi tingkat APK-nya (Angka Partisipasi Kasar). APK itu adalah jumlah penduduk usia 17-25 tahun dibandingkan dengan yang ada di perguruan tinggi. Sekarang ini masih 35 persen. Jadi berarti ada se-usia itu penduduk yang tidak ada di perguruan tinggi. Selain ITB STIKOM, ada juga politeknik. Harapannya bisa mengangkat APK. Bagaimana pun pendidikan ini menjadi jembatan yang paling bagus untuk menyongsong masa depan. (*)